“Semua ini hanya dunia, Kawan.
Kau tinggalkan saja semuanya…
Sampai sekarang, aku hidup begitu bahagia.
Dunia itu membunuh, tetapi aku lebih dahulu membunuh dunia.”
Orang-orang kota rela menjual jiwa mereka kepada uang, bekerja sebagai robot sepanjang hari di dunia kota yang kejam, lalu pulang untuk menjadi robot di keesokan harinya. Ada pula mereka yang sudah diberikan otak dan wajah untuk berinteraksi dengan orang yang dekat, tetapi lebih memilih terpaku di layar ponsel untuk yang jauh. Orang-orang kota juga lebih sensitif dengan masalah privasi, lalu saling menyalahkan jika tidak sesuai dengan etika privasinya. Sebagaimana orang sok paham agama dan politik berperan sebagai penerus propaganda yang saling menyikut satu sama lain. Ya, mereka yang beragama telah hilang Tuhannya dan mereka yang berpolitik telah melanggar kebebasan orang lain untuk memilih. Inilah kehidupan, Kawan. Ketika kau lari dari satu kecemasan, maka kecemasan yang lain akan timbul menanti.