Siapa sangka, sosok yang pernah menawarkanku sebuah karet gelang bekas bungkusan nasi padang itu kini adalah orang yang selalu mengisi hari-hari dramaku.
Kini waktu yang akan menjawab apakah ia akan selamanya ditakdirkan Tuhan untukku. Aku hanya bisa menunggu dan berdoa. Sambil terus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan kecilnya, yang tanpa sadar telah membuatku merasa utuh.
Ini adalah goresan pertama di lembaran kisah baru milikku. Namun, bukan kisah tentang uni penjual nasi padang ataupun kisah tentang kuliner makanan khas Minang tersebut. Kisah dengan 30.000 kata ini merupakan ceritaku, manusia introvert yang sangat menyukai nasi padang, tetapi sangat membenci hujan.